Sunday , 28 April 2024

Kulon Progo Mempercantik Wilayahnya Melalui Patung-Patung Ikonik

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sedang berupaya mempercantik wilayahnya dengan membangun patung ikon wisata bernama Adhikari Jaladara.

Patung ini diharapkan dapat lebih menonjolkan identitas dan kekhasan Kulon Progo sebagai destinasi wisata. Joko Mursito, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, menyatakan bahwa semua upaya pembangunan patung ini bertujuan untuk memperindah dan memperkuat tema-tema kearifan lokal di Kulon Progo.

Lokasi patung ini terletak di simpang tiga jalan nasional Wates–Purworejo, Padukuhan Milir, Kalurahan Kedungsari, Kapanewon Pengasih. Dinamai Adhikari Jaladara, patung ini memiliki dimensi panjang 35 meter, lebar 2,5 meter, dan tinggi 3 meter, menggambarkan tokoh pewayangan Jawa, Prabu Kresna, dan Setiyaki, yang sedang mengendarai kereta kencana dengan mengarah ke Timur.

Joko menjelaskan bahwa patung tersebut mencerminkan semangat Kulon Progo yang terus berusaha mengejar ketertinggalan pembangunan dan bersaing dalam pengembangan sektor pariwisata, terutama dalam kompetisi dengan daerah lain.

Pembangunan landmark ini menghabiskan dana sekitar Rp 2 miliar, yang berasal dari dana istimewa. Setelah sukses dengan proyek ini, pemerintah setempat berencana untuk membangun patung selamat datang besar dengan tokoh pewayangan Sugriwa-Subali di depan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

Rencananya, akan dibangun juga pasar digital dan taman geoheritage di sekitar palang pintu kereta di sebelah Barat. Alun-alun Wates juga akan memiliki ikon berupa patung-patung penari Angguk, kesenian khas Kulon Progo, dan di simpang Serut akan berdiri ikon nglarak blarak, permainan khas daerah tersebut.

Joko berharap dapat mewujudkan satu landmark setiap tahunnya, dengan target menyelesaikan semua proyek dalam lima tahun. Patung kereta kencana Adhikari Jaladara sendiri dibuat selama delapan pekan, dimulai dari Oktober hingga terpasang pada Desember 2023, oleh PT Timboel di Kasongan, Bantul.

Patung yang memiliki bobot 700-800 kilogram ini terbuat dari aluminium daur ulang, khususnya dari sisa blok mesin bekas berbahan aluminium. Magistyo Raharjo dari PT Timboel menyatakan bahwa patung ini merupakan produk yang sepenuhnya terbuat dari daur ulang.

Kehadiran patung kereta kencana ini telah berhasil menarik perhatian warga dan pengunjung yang melintas. Masyarakat, seperti Septi Widianti dari Kedungsari, menyatakan kagum terhadap kehadiran patung ini dan berharap dapat meningkatkan kebanggaan terhadap daerahnya, serta memperkenalkannya melalui media sosial.

Check Also

Mengungkap Asal-Usul Gelar “Kota Pelajar” Yogyakarta

Yogyakarta, atau sering disebut Jogja, tidak hanya dikenal sebagai kota dengan sejumlah julukan, tetapi juga …